Subscribe:

Pages

Jumat, 28 Desember 2012

POLKA DOT


TOP DAN POP
DENGAN

 POLKA DOT

 


            Polka dot adalah satu di antara ribuan motif di dunia yang paling populer.  Demikian populernya sehingga orang yang awam mode sekalipun mengenali motif ini.  Ukuran “dot” – bundaran yang beraneka ragam membuat sebagian orang menyebutnya dengan berbagai nama.  Ada yang menyebutnya motif “bintik-bintik”, ada yang menyebutnya motif “onde-onde” ataupun motif “bola-bola”.  Kendati menyebutnya dengan bermacam istilah, maksudnya tetap mengacu pada motif yang sama, yaitu motif polka dot.

            Sejarah tidak mencatat siapa yang pertama kali mempergunakan istilah polka dot.  Barangkali akan lebih mudah untuk menelusuri kemungkinan mengapa istilah ini dipakai. 


PERDANA PADA BUSANA

Dari kamus Webstre’s  Ninth New Collegiaten Dictionary (1991) diperoleh keterangan, bahwa motif polka dot telah dikenal pada tahun 1884.  Pada era itu polka dot hanya dipakai sebagai motif tekstil untuk busana wanita.  Pengulangan cetak motif yang teratur tampaknya sesuai dengan langkah-langkah dasar tarian polka dengan ketukan irama 2/4.  Tarian polka sendiri dipopulerkan oleh kaum bohemia di Eropa sekitar tahun 1844.  Penggabungan kata ’polka ’ dan ’dot’ menjadi ”polka dot” akhirnya dapat memberi gambaran tentang suatu motif berbentuk bundar yang dicetak di atas tekstil dengan pengulangan print 2/4.

            Menyimak perjalanan mode dari abad ke- 19 hingga sekarang, motif polka dot tidak pernah absen dalam produksi busana.  Dari ilustrasi mode Paul Iribe dan George Lepape untuk rancangan Paul Poiret pada tahun 1908 dan 1911 (sebelum populer bidang fotografi), motif polka dot juga mewarnai koleksi disainer Perancis ternama tersebut.


PERKEMBANGAN AWAL MOTIF POLKA DOT

            Bersamaan dengan perjalanan waktu dan maraknya motif polka dot dalam dunia fesyen, terjadi perkembangan baru.  Motif yang tadinya hanya lazim dikenakan pada  busana wanita, mulai memdapat perhatian dari disainer baju pria.  Adalah Cecil  Gee, dIsainer Inggris yang membuat jas pria dengan motif ini.  Banyak respon terjadi sehubungan dengan ‘besar’-nya dot yang dipakai.  Pria Inggris yang umumnya mempunyai selera konservatif tampaknya juga memilih besar kecilnya dot yang dirasa pantas untuk busananya.  Hal ini menjadi demikian penting sehubungan dengan motif polka dot yang besar dan cerah lebih populer dipakai untuk kostum badut! 
            
            Irama print / cetak motif bundar ini lama kelamaan juga mengalami perubahan.  Tidak selalu 'berirama' 2/4 seperti ketukan musik polka, tetapi lebih bebas dan eksploratif.  Terjadi penggabungan besar kecil ukuran dot dalam sebidang motif, warna dan ragam dot.
Walaupun perkembangan polka dot juga merambah ke banyak perlengkapan busana pria, aplikasinya terbatas.  Umumnya motif ini dipakai sebagai lapisan jas, kemeja, kimono tidur, sapu tangan, celana pendek ataupun celana dalam, dasi, kaos kaki, yang kesemuanya memakai ukuran dot yang relatif kecil.




            Berbeda dengan busana pria, pada busana wanita pemakaian polka dot lebih eksploratif.  Pertama kali polka dot populer sebagai gaun siang, kemudian berkembang menjadi gaun pesta dansa dan gaun malam.  Ketika penggolongan fungsional busana berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, polka dot dengan fleksibel  “menempatkan diri”.  Motif ini menghiasi scarf, syal, bando, baju tidur, hingga bikini dan bra! 


TAK TERBATAS DI BIDANG BUSANA

            Saat ini perkembangan polka dot tidak terbatas di bidang busana saja.  Dengan mudah kita akan menemukan motif ini di mana-mana.  Merambah ke berbagai segmen produk.  Ada yang mencetaknya di atas wall paper, kulit sofa, payung, piranti minum, bungkus kado, sprei, tirai, meja rias anak, gitar, kursi, mobil  hingga kue tart!  Rupanya banyak desainer produk yang yakin akan prospek komersial barang-barang bermotif polka dot.  Motifnya yang popular dan fun menjadi salah satu acuan faktor pertimbangan. 











DI & DOTS 
 
            Siapa yang tak kenal putri Diana dari Inggris?  Walau sudah almarhumah, berita tentang wanita cantik yang akrab disapa dengan “Princess Di” ini tak pernah surut dari media.  Pemilik postur semampai (tinggi 179 cm dan berat 59 kg ) ini memang menjadi ikon mode pada masa hidupnya. 

            Saat disimak, ternyata putri Di adalah salah seorang penggemar motif ini.  Lusinan baju miliknya ternyata bermotifkan polka dot.  Dari baju hamil, busana santai, busana kerja, cocktail hingga busana pesta. Motif polka dot menjadi pilihan sang putri dari busana yang terbuat dari katun, sutera, gabardine, wol sampai sifon. Di antara lusinan gaun polka dot tersebut yang terkenal di antaranya adalah :

-          Gaun sifon berwarna biru muda yang dikenakan sang putri saat jamuan makan malam di istana Buckingham.  Saat mengenakan gaun rancangan Catherine Walker tersebut Putri Diana terlihat murung karena mendengar perselingkuhan pangeran Charles.  Gaun ini menjadi satu dari 79 gaun yang dilelang sang putri di Christie’s.

-           Setelan sporty rok lipit dan kaus kaki polka dot keluaran Mondi yang membuat stoknya di Inggris habis dibeli orang dalam dua hari setelah melihat televisi menyiarkan berita tentang sang putri dalam busana ini.





























          

-        Gaun pendek polka dot hitam di atas bahan warna biru turkish yang dilengkapi dengan  topi rancangan Victor Edelstein yang dikenakan saat pernikahan Sarah Ferguson dan Pangeran Andrew tahun 1986.

-          Gaun overslag polka dot merah di atas putih rancangan Catherine Walker, menjadi gaun resmi sang putri saat kunjungan kenegaraan ke Jepang.  Gaun ini merebut perhatian dan simpati masyarakat Jepang, karena secara tidak langsung motifnya mengacu pada bendera Jepang.




Demikian luasnya ekspansi dari motif polka dot sehingga hal ini terkadangmembuat sebagian orang bertanya-tanya;  apa lagi yang akan di-”polka dot”-kan?  *** Dyahtri N.W. Astuti



(Pernah dimuat di majalah FashionPRO, November 2010)