TOP DAN
POP
DENGAN
POLKA DOT
Polka
dot adalah satu di antara ribuan motif di dunia yang paling populer. Demikian populernya sehingga orang yang awam
mode sekalipun mengenali motif ini.
Ukuran “dot” – bundaran yang
beraneka ragam membuat sebagian orang menyebutnya dengan berbagai nama. Ada yang menyebutnya motif “bintik-bintik”,
ada yang menyebutnya motif “onde-onde” ataupun motif “bola-bola”. Kendati menyebutnya dengan bermacam istilah,
maksudnya tetap mengacu pada motif yang sama, yaitu motif polka dot.
Sejarah
tidak mencatat siapa yang pertama kali mempergunakan istilah polka dot. Barangkali akan lebih mudah untuk menelusuri
kemungkinan mengapa istilah ini dipakai.
PERDANA PADA BUSANA
Dari kamus Webstre’s
Ninth New Collegiaten Dictionary (1991) diperoleh keterangan, bahwa
motif polka dot telah dikenal pada tahun 1884.
Pada era itu polka dot hanya dipakai sebagai motif tekstil untuk busana
wanita. Pengulangan cetak motif yang
teratur tampaknya sesuai dengan langkah-langkah dasar tarian polka dengan
ketukan irama 2/4. Tarian polka sendiri
dipopulerkan oleh kaum bohemia di Eropa sekitar tahun 1844. Penggabungan kata ’polka ’ dan ’dot’ menjadi
”polka dot” akhirnya dapat memberi gambaran tentang suatu motif berbentuk
bundar yang dicetak di atas tekstil dengan pengulangan print 2/4.
Menyimak
perjalanan mode dari abad ke- 19 hingga sekarang, motif polka dot tidak pernah
absen dalam produksi busana. Dari
ilustrasi mode Paul Iribe dan George Lepape untuk rancangan Paul Poiret pada tahun
1908 dan 1911 (sebelum populer bidang fotografi), motif polka dot juga mewarnai
koleksi disainer Perancis ternama tersebut.
PERKEMBANGAN AWAL MOTIF POLKA DOT
Bersamaan
dengan perjalanan waktu dan maraknya motif polka dot dalam dunia fesyen, terjadi
perkembangan baru. Motif yang tadinya
hanya lazim dikenakan pada busana
wanita, mulai memdapat perhatian dari disainer baju pria. Adalah Cecil Gee,
dIsainer Inggris yang membuat jas pria dengan motif ini. Banyak respon terjadi sehubungan dengan ‘besar’-nya
dot yang dipakai. Pria Inggris yang
umumnya mempunyai selera konservatif tampaknya juga memilih besar kecilnya dot
yang dirasa pantas untuk busananya. Hal
ini menjadi demikian penting sehubungan dengan motif polka dot yang besar dan
cerah lebih populer dipakai untuk kostum badut!
Irama print / cetak motif bundar ini lama kelamaan juga mengalami perubahan. Tidak selalu 'berirama' 2/4 seperti ketukan musik polka, tetapi lebih bebas dan eksploratif. Terjadi penggabungan besar kecil ukuran dot dalam sebidang motif, warna dan ragam dot.
Irama print / cetak motif bundar ini lama kelamaan juga mengalami perubahan. Tidak selalu 'berirama' 2/4 seperti ketukan musik polka, tetapi lebih bebas dan eksploratif. Terjadi penggabungan besar kecil ukuran dot dalam sebidang motif, warna dan ragam dot.
Walaupun perkembangan polka
dot juga merambah ke banyak perlengkapan busana pria, aplikasinya
terbatas. Umumnya motif ini dipakai
sebagai lapisan jas, kemeja, kimono tidur, sapu tangan, celana pendek ataupun
celana dalam, dasi, kaos kaki, yang kesemuanya memakai ukuran dot yang relatif
kecil.
Berbeda dengan busana pria, pada busana wanita pemakaian polka dot lebih eksploratif. Pertama kali polka dot populer sebagai gaun siang, kemudian berkembang menjadi gaun pesta dansa dan gaun malam. Ketika penggolongan fungsional busana berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, polka dot dengan fleksibel “menempatkan diri”. Motif ini menghiasi scarf, syal, bando, baju tidur, hingga bikini dan bra!
TAK TERBATAS DI BIDANG BUSANA
Saat ini
perkembangan polka dot tidak terbatas di bidang busana saja. Dengan mudah kita akan menemukan motif ini di
mana-mana. Merambah ke berbagai segmen
produk. Ada yang mencetaknya di atas wall paper, kulit sofa, payung, piranti
minum, bungkus kado, sprei, tirai, meja rias anak, gitar, kursi, mobil hingga kue tart! Rupanya banyak desainer produk yang yakin
akan prospek komersial barang-barang bermotif polka dot. Motifnya yang popular dan fun menjadi salah satu acuan faktor pertimbangan.
DI & DOTS
Siapa
yang tak kenal putri Diana dari Inggris?
Walau sudah almarhumah, berita tentang wanita cantik yang akrab disapa
dengan “Princess Di” ini tak pernah
surut dari media. Pemilik postur
semampai (tinggi 179 cm dan berat 59 kg ) ini memang menjadi ikon mode pada
masa hidupnya.
Saat
disimak, ternyata putri Di adalah salah seorang penggemar motif ini. Lusinan baju miliknya ternyata bermotifkan
polka dot. Dari baju hamil,
busana santai, busana kerja, cocktail
hingga busana pesta. Motif polka dot menjadi pilihan sang putri dari busana
yang terbuat dari katun, sutera, gabardine, wol sampai sifon. Di antara lusinan
gaun polka dot tersebut yang terkenal di antaranya adalah :
-
Gaun sifon berwarna biru muda yang dikenakan sang putri
saat jamuan makan malam di istana Buckingham.
Saat mengenakan gaun rancangan Catherine Walker tersebut Putri Diana
terlihat murung karena mendengar perselingkuhan pangeran Charles. Gaun ini menjadi satu dari 79 gaun yang
dilelang sang putri di Christie’s.
- — Setelan sporty rok lipit dan kaus kaki polka dot keluaran
Mondi yang membuat stoknya di Inggris habis dibeli orang dalam dua hari setelah
melihat televisi menyiarkan berita tentang sang putri dalam busana ini.
- Gaun pendek polka dot hitam di atas bahan warna biru turkish yang dilengkapi dengan topi rancangan Victor Edelstein yang dikenakan saat pernikahan Sarah Ferguson dan Pangeran Andrew tahun 1986.
- Gaun overslag polka dot merah di atas putih rancangan
Catherine Walker, menjadi gaun resmi sang putri saat kunjungan kenegaraan ke
Jepang. Gaun ini merebut perhatian dan
simpati masyarakat Jepang, karena secara tidak langsung motifnya mengacu pada
bendera Jepang.
Demikian luasnya ekspansi dari motif polka dot sehingga hal ini terkadangmembuat sebagian orang bertanya-tanya; apa lagi yang akan di-”polka dot”-kan? *** Dyahtri N.W. Astuti
(Pernah dimuat di majalah FashionPRO, November 2010)